Seperti yang telah diberitakan oleh media massa selama seminggu lalu, aksi demonstrasi menolak UU Ciptaker tak hanya terjadi di pusat saja. Aliansi massa juga terbentuk di sejumlah daerah, antara lain seperti Bandung, Surabaya, Solo dan Yogyakarta.
Sudah menjadi tugas pemerintahan daerah untuk menghadapi massa demonstrasi seperti ini. Meskipun yang diprotes adalah hasil kebijakan pusat, pemda merupakan representasi negara dalam level lokal.
Keterlibatan pemda dalam wacana aksi penolakan Omnibus Law memunculkan sejumlah nama pemimpin daerah dalam perbincangan publik. Dalam ranah sosial media, Warganet kerap mengaitkan nama mereka dalam sebuah cuitan dengan berbagai macam sentimen dan kepentingan.
Pemimpin Daerah yang namanya kerap dicatut warganet antara lain: Ridwan Kamil, Tri Risma, Ganjar Pranowo, hingga Anies Baswedan. Melihat fenomena ini, Media Monitoring Netray mencoba untuk melakukan pantauan terkait bagaimana warganet memperlakukan masing-masing figur di dalam perbincangan mereka.
Netray akan membandingkan masing-masing figur untuk melihat seberapa besar frekuensi kemunculan, bagaimana sentimen terhadap mereka, dan dalam wacana pembicaraan apa nama-nama pemimpin daerah tersebut muncul. Pemantauan dilakukan selama sepekan yakni mulai tanggal 3-9 Oktober.
Sebelum lanjut ke pemaparan data, perbandingan ini tidak hendak memberi nilai kualitas atau melihat siapa pemimpin terbaik. Pemantauan hanya ditujukan untuk melihat peta perbincangan warganet. Justifikasi mungkin hadir dari grafik sentimen, tetapi itu juga dalam lingkup tentatif.
Pemimpin Daerah dalam Perbincangan Warganet
Secara umum, pemantauan terhadap figur pemimpin daerah selama sepekan tersebut berhasil merangkum setidaknya 22 ribu lebih cuitan warganet. 50 persen cuitan terindeks mengandung sentimen dengan rincian 5.848 cuitan bersentimen positif. Sedangkan 6.718 bersentimen negatif. Sisanya cuitan bernada netral. Sekian banyak cuitan ini mendapat respon sebanyak 375 ribu kali dan menjangkau 106,3 juta pengguna Twitter, yang kemudian dibagi ke masing-masing pemimpin daerah.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini
Monitoring pemimpin daerah pertama selama aksi protes UU Cipta Kerja adalah pada sosok Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau yang kerap disapa dengan Bu Risma. Selama sepekan nama beliau selalu muncul dalam perbincangan setiap hari. Faktor pertama dipengaruhi oleh situasi penanganan pandemi covid-19 di Kota Surabaya yang masih menjadi magnet pemberitaan hingga saat ini.
Contohnya adalah dua cuitan pada tanggal 3 Oktober dan 4 Oktober di bawah ini. Bu Risma masih mendapat kritik terkait pandemi covid-19 di Surabaya yang sempat mendapat predikat zona hitam. Tetapi ketika tanggal 6 Oktober, nama Bu Risma menjadi positif ketika ia dihubungkan dengan Puan Maharani dalam pembicaraan pemimpin perempuan ideal.
Memasuki 08 Oktober 2020, perbincangan warganet Twitter mulai menghubungkan figur Tri Rismaharini dengan aksi demonstrasi. Ia pun kembali memperlihatkan image sebagai pemimpin daerah yang gemar memarahi orang yang ia rasa mengganggu Kota Surabaya. Aksi ini banyak didukung warganet, tetapi tidak sedikit pula yang mencibir.
Sebanyak 3.691 cuitan mengandung nama Bu Risma berhasil dihimpun Netray selama sepekan pemantauan yang mendapat 124 ribu lebih respon dari warganet. Pembicaraan terkait dirinya menjangkau 13,8 juta pengguna Twitter yang sebagian besar berasal dari Kota Surabaya dan sekitarnya.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil
Pemimpin daerah kedua yang namanya kerap muncul akhir-akhir ini adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Gubernur yang kerap dipanggil dengan nama Kang Emil ini mendapat respon yang sangat positif dari warganet ketika menghadapi pendemo di Bandung pada aksi massa tanggal 8 Oktober. Ia turun langsung menemui massa dan sepakat untuk menerbitkan surat yang isinya menyampaikan aspirasi pendemo menolak Omnibus Law Cipta Kerja.
Meski hanya muncul dalam 1.916 cuitan saja, tetapi jangkauan ke pengguna Twitter dalam pembicaraan tentang aksi Gubernur Ridwan Kamil ini dapat mencapai 25,4 juta pengguna. Bahkan sebagian besar sentimen terhadap Kang Emil memiliki tendensi positif seperti yang nampak dalam diagram di bawah ini.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
Bagaimanapun juga, perhatian warganet terhadap kiprah pemimpin daerah ketika menghadapi aksi demonstrasi tolak UU Cipta Kerja akan kembali ke pusat pemerintahan di Jakarta. Dengan konsentrasi massa yang sangat besar, Gubernur Jakarta Anies Baswedan mau tak mau menjadi sorotan utama terkait bagaimana ia menghadapi situasi demonstrasi yang akhirnya ricuh.
Sorotan ini datang salah satunya dari media massa. Cuitan akun Twitter portal berita, seperti Detik, Tempo, hingga Republik Merdeka Online memperoleh respon yang sangat masif dari warganet. Laporan dari portal berita online pada saat itu terhadap figur Anies tentu sangat beragam. Dalam pemantauan ini tentu saja upaya Anies bertemu demonstran UU Cipta Kerja merupakan hal yang penting untuk digaris bawahi.
Namun, sebagai daerah yang beririsan dengan kekuasaan, menjadi sosok nomor satu di Jakarta tak hanya berhubungan dengan kecakapan memimpin sebuah daerah. Termasuk juga di dalamnya sebagai pijakan guna meniti karir lebih tinggi lagi. Tak heran jika nama Anies muncul dalam hajat pencalonan pemimpin negara beberapa waktu yang akan datang.
Setiap kesempatan, adalah momen politik yang dilekatkan pada sosok seperti Gubernur DKI Jakarta. Tak terkecuali upayanya untuk turun ke dalam aksi massa. Hal ini bagi sebagian orang merupakan langkah bijak yang entah bagaimana caranya bertransformasi menjadi dukungan politik pada Pilpres yang akan datang. Namun, tak sedikit pula yang melihatnya dengan kacamata sinis.
Yang jelas, perbincangan tentang aksi Anies Baswedan dalam situasi tersebut jauh melampaui dua pemimpin daerah sebelumnya. Tercatat muncul 16.065 cuitan selama sepekan pemantauan. Dengan total impresi sebanyak lebih dari 188 ribu dan menjangkau 80,4 juta pengguna Twitter. Meskipun sentimen negatif terlihat stabil selama sepekan dengan total 4,807 cuitan, kemunculan Anies di tengah-tengah demonstran berhasil melambungkan sentimen positif terhadapnya 3.391 cuitan.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
Pemimpin daerah terakhir dalam pemantauan ini adalah sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sama seperti pemimpin daerah lain, di luar DKI Jakarta dan otonomi khusus, perbincangan yang menyebut nama Ganjar sebagian besar masih didominasi isu penanganan wabah virus korona. Dan persis ketika tanggal 8 Oktober, wacana perbincangan bergeser pada aksi Gubernur menghadapi ulah demonstran.
Berbeda dengan pemimpin daerah yang lain, nama Ganjar tidak terlalu acap muncul dalam perbincangan warganet. Netray hanya berhasil mengumpulkan 458 kali cuitan dalam satu pekan pemantauan. Dan hanya menghasilkan 183 cuitan dengan sentimen positif dan 63 cuitan yang memiliki sentimen negatif. Namun jika dibandingkan dengan data yang lain, keberadaan Ganjar memberikan dampak yang besar dalam perbincangan warganet di Twitter.
Dampak ini disebabkan oleh jangkaun pembicaraan dengan kata kunci nama Ganjar mencapai lebih dari 54,3 juta akun Twitter. Jumlah ini setidaknya dua kali lipat dibandingkan dengan jangkauan perbincangan tentang Bu Risma dan Ridwan Kamil. Setelah ditelaah lebih dalam lagi, beberapa influencer di Twitter juga ikut menimbrung pembicaraan dengan mencatut nama Ganjar Pranowo. Mereka antara lain @anandabadudu, @D4tuk_T4mburin, dan @kristoimmanuel.
Setiap pemimpin daerah ternyata menghadapi situasi dengan cara masing-masing. Begitu pula respon dari warganet atas aksi yang mereka berikan. Sekian analisis Netray atas keberadaan pemimpin daerah ketika berhadapan dengan massa demonstran tolak UU Cipta Kerja pekan lalu. Jika memiliki pendapat tentang salah satu atau semua pemimpin tersebut, bisa dituliskan dalam kolom komentar atau hubungi akun sosial media Netray.