HomeAnalisisPemecatan Gatot Nurmantyo, Gorengan Menjelang Akhir September

Pemecatan Gatot Nurmantyo, Gorengan Menjelang Akhir September

Published on

Pencopotan Jenderal Gatot Nurmantyo dari jabatan Panglima TNI sudah terjadi sejak tahun 2017 yang lalu. Tetapi gelombangnya kembali bisa dirasakan pada detik ini. Gatot mendapat momentum untuk mengkritik pemerintah ketika ia harus menjelaskan alasan dibalik pencopotannya.

Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tersebut menganggap bahwa pencopotan dirinya oleh Presiden Joko Widodo karena pernah membuat acara nonton bareng (nobar) film G30S-PKI di kalangan internal militer Indonesia. Pernyataan Gatot lantas menyulut perdebatan di ranah publik.

Sebelum mendapat gambaran yang lebih utuh terkait fenomena ini, Netray Media Monitoring mencoba mengurai perbincangan tersebut melalui pemantauan di media massa dan sosial selama periode tertentu. Pemantauan tersebut menggunakan sejumlah kata kunci untuk merangkum perbincangan. 

Pemantauan Media Massa

Hasil pemantauan media massa menunjukan bahwa kata kunci ‘Gatot Nurmantyo’ sudah muncul sejak beberapa waktu yang lalu. Keterlibatan jenderal ini pada gerakan KAMI membuatnya mendapat sorotan publik karena kerap melontarkan banyak pernyataan yang menarik bagi kacamata media massa.

Seperti pada tanggal 19 September lalu saat ia menyebutkan bahwa gerakan KAMI mendapat peringatan dari Allah karena mendapat banyak tentangan dari masyarakat ketika ia mendeklarasikan gerakan ini di Magelang, Jawa Tengah. Ia mengaku secara inisiatif melakukan deklarasi ini meskipun tidak mendapat instruksi dari pemimpin KAMI Pusat.

Selanjutnya pada tanggal 20 September, Gatot kembali disambangi awak media karena ikut menyuarakan penundaan Pilkada bulan Desember nanti, termasuk juga prosesnya seperti kampanye, karena berhadapan dengan pandemi COVID-19. Kali ini Gatot bersuara seperti yang dilakukan oleh gerakan KAMI.

Di tanggal 21 September, giliran pihak lain yang membahas sosok Gatot Nurmantyo. Politisi PDI Perjuangan, Nyai Dewi Tanjung merespon kabar majunya Gatot dalam Pilpres 2024 kelak. Menurutnya sosok Jenderal ini masih belum pantas menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia. Levelnya masih pencalonan lurah saja.

Isu tentang PKI mulai berhembus pada tanggal 22 September. Dalam sebuah wawancara dengan pihak media, mantan Panglima TNI ini menyebutkan bahwa ia sudah sejak lama mengendus kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Sejak tahun 2008 ia menilai bahwa partai yang sudah dilarang ini kembali muncul dengan gaya baru. Maka dari itu, untuk mengingat kembali kekejaman PKI, ia meminta jajaran TNI untuk kembali menonton film G30S PKI ketika ia menjabat pucuk pimpinan.

Barulah sejak pemberitaan ini, media massa daring Indonesia dipenuhi pemberitaan alasan pemecatan Gatot Nurmantyo dari jabatan Panglima TNI. Awalnya dia merasa bahwa ajakan memutar film G30S PKI ini lah yang menjadi penyebabnya. Namun tak sedikit pula pihak yang menyangkal klaim ini, termasuk DPR yang memberi rekomendasi ke presiden untuk mencopot Gatot.

Selama pemantauan dari tanggal 19 September hingga 25 September Netray Media Monitoring berhasil mengumpulkan 285 berita yang diterbitkan oleh 48 media massa daring. Sentimen negatif mengungguli jumlah sentimen positif, yakni antara 138 berbanding 92 liputan. Sisanya memilih untuk bersikap netral.

Pemantauan Sosial Media

Meski pemberitaan terkait Gatot Nurmantyo sudah beredar sejak beberapa hari yang lalu, pernyataannya terkait nobar film G30S PKI lah yang membuat namanya ramai dibicarakan oleh publik sosial media Twitter. Sama sekali tidak ada cuitan yang mengandung kata kunci sebelum 23 September 2020.

Pun selama tanggal 23 September hanya terdapat 59 cuitan saja. Baru sehari setelahnya dan lusa cuitan dengan kata kunci meledak memenuhi jagad Twitter Indonesia dengan 11 ribu lebih cuitan. Itu saja baru mendapatkan momentumnya pada pukul 4 sore atau kurang Dan pada hari itu menyumbang 2.882 cuitan.

Peran akun bot dan buzzer cukup besar untuk menaikkan nama Gatot menjadi buah bibir pada hari itu. Netray menemukan banyak cuitan serupa dengan sentimen negatif. Penggunaan bot dan buzzer dalam politik memang sudah sangat jamak, wajar jika ini terjadi.

Profil dengan pengikut yang besar (influencer) juga berperan dalam perbincangan ini. Namun bedanya dengan bot, sentimen dari influencer biasanya beragam. Bahkan ketika mereka berseberangan dengan Gatot Nurmantyo dalam politik. Gaya bahasa sangat memainkan peran dalam mencitrakan sentimen. Seperti cuitan dari akun milik Teddy Gusnaidi dan Syahganda Nainggolan di bawah ini.

Melihat ramainya perbincangan tentang film G30S PKI, warganet tak hanya mengomentari Gatot yang melemparkan wacana tersebut. Mereka juga mengomentari keberadaan film yang setiap bulan September selalu memicu keramaian di publik Indonesia.

Dan akhirnya banyak yang menyayangkan aksi atau pernyataan Gatot sendiri. Banyak yang menganggap wacana kemunculan PKI modern adalah suatu hal yang usang dan hanya untuk menebar kebencian semata. Nyatanya hingga sekarang komunis tak pernah benar-benar berdiri sebagai organisasi dengan struktur yang jelas. 

PKI hanyalah momok bayang-bayang yang menakutkan bagi sebagian orang dan menguntungkan bagi sebagian lainnya. Sangat mudah dipahami akhirnya mengapa banyak sentimen negatif yang muncul meskipun tak sampai 50 persen dari total cuitan selama periode pemantauan. Tak sedikit pula yang netral agar tetap aman dan waras.

More like this

Pantauan Sidang MK Sengketa Pemilu, Penggugat dan Warganet Tak Terkejut dengan Hasil Putusan

Sidang putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa hasil Pilpres 2024 akhirnya digelar pada Senin (22...

Kegetolan Tim Anies-Imin dalam Topik Gugatan PHPU

Komisi Pemilihan Umum akhirnya resmi mengumumkan hasil rekapitulasi Pilpres 2024 pada Rabu malam (20/3)....

Pemantauan Isu Pilgub DKI Jakarta, Sejumlah Nama Tokoh Panaskan Bursa Calon

Pasca Pilpres dan Pileg 2024, perhatian publik mulai beralih ke wacana pilkada. Yang cukup...
%d bloggers like this: