HomeAgama dan SpiritualitasMenakar Persepsi Publik Terhadap Komentar Pak Menag

Menakar Persepsi Publik Terhadap Komentar Pak Menag

Published on

Komentar pejabat publik adalah sebuah kebijakan. Meski tidak selamanya menjadi aturan positif, apa yang pejabat sampaikan dalam sebuah kesempatan menjadi cerminan sikap dalam melihat isu publik. Bijaknya, mereka harus ekstra hati-hati ketika mengomentari segala sesuatu.

Seperti yang saat ini dialami oleh Menteri Agama Fachrul Razi. Beliau diketahui sempat membuat komentar yang berujung kontroversi publik. Saat itu Menag berpendapat bahwa radikalisme di masjid masuk lewat anak-anak yang dinilai good looking, pandai bahasa Arab, dan hafal Al Quran (gbr 1).

Menag Fachrul Razi menyampaikan pernyataan ini di depan peserta seminar yang diselenggarakan oleh Kemenpan RB. Ia mensinyalir bahwa di lingkungan pemerintahan, BUMN, dan di tengah masyarakat sudah mulai disusupi gagasan radikal melalui modus yang tidak diperhitungkan sebelumnya.

Sayangnya banyak pihak yang tidak sepakat dengan pernyataan Menag. Melalui sejumlah media komunikasi modern, mereka menyampaikan pendapatnya, termasuk yang sepaham. Di sini Netray ingin menelusuri bagaimana pendapat publik atas pernyataan kontroversial tersebut. Analisis big data kali ini ingin menakar seberapa besar dukungan publik terhadapnya.

Celoteh Warganet Soal Kontroversi Pernyataan Menag

Riset Netray terhadap topik ini dilakukan selama periode 2-11 September 2020. Rentang waktu ini menunjukkan kemunculan dan tenggelamnya kata kunci dari sosial media Twitter. Sebelum dan sesudah periode tersebut sama sekali tidak ditemukan kehadiran data yang signifikan (gbr 2).

Isu ini sepertinya memaut perhatian sangat besar bagi warganet. Terbukti Netray mencatat dari periode pemantauan, ditemukan 20.236 cuitan berdasarkan kata kunci seperti yang terlihat pada diagram di atas. Puncak pembicaraan, atau kapan warganet paling banyak berkomentar, terjadi pada tanggal 10 September dengan 4.494 total cuitan yang terekam (gbr 3). Bahkan bisa dikategorikan sebagai isu nasional ketika fokus pembicaraan ini menjangkau 100 juta akun lebih (gbr 4).

Pemantauan tersebut memunculkan sejumlah kata yang dapat ditelaah untuk menemukan apa saja yang dibicarakan oleh warganet. Cermati himpunan di bawah. Di dalam terdapat sejumlah kata yang menjadi petunjuk terkait isu apa saja yang bersangkutan dengan sosok Menag Fachrul Razi (gbr 5).

“Radikalisme” sudah dapat dipastikan menjadi kata yang paling sering disebut mengingat kasus ini berangkat dari pernyataan Menag. Termasuk kata good looking, penceramah dan masjid(gbr 6, 7). Dari himpunan tersebut muncul kata sertifikasi yang merepresentasi upaya Kementerian Agama menangkal radikalisme melalui lisensi khusus bagi penceramah (gbr 8,9).

Perbincangan semakin riuh setelah muncul fokus pembicaraan baru yakni dugaan pemotongan dana BOS oleh kementrian. Hal ini yang membuat perbincangan dengan kata kunci mencapai puncaknya pada tanggal 10 September. Dirjen Pendidikan Islam, yang menaungi institusi pendidikan Islam seperti sekolah hingga universitas, diduga menyunat dana BOS selama pandemi (gbr 10).

Banyaknya sangkaan terhadap Kementerian Agama termasuk Menteri Agama sendiri membuat sentimen terhadapnya mendapat rapor merah. Dari 20 ribu lebih cuitan yang berhasil dikumpulkan, 12.282 cuitan terindeks memiliki sentimen negatif. Sedangkan sentimen positif hanya muncul ke dalam 2.543 cuitan saja. Perbandingan yang sangat timpang tentu saja (gbr 11).

Sejumlah nama besar di jagad Twitter Indonesia meramaikan pembicaraan ini. Dari yang dirangkum oleh Netray, mereka yang meramaikan antara lain @msaid_didu, @ChristWamea, @MaspiyO, @fadlizon, hingga @zarazetirrazr (gbr 12). Pemantauan Netray, akun pribadi yang mendapat impresi tertinggi datang dari mantan komisaris BUMN Muhammad Said Didu. Selain membagikan ulang cuitan Fadli Zon, sejumlah cuitannya juga mendapat banyak respons (gbr 13).

Kritik juga datang dari sosok politikus bernama Christ Wamea. Ia menilai bahwa banyak hal yang bisa dilakukan oleh Menteri Agama selain mengurusi isu radikalisme. Christ melihat Menag telah mendiskreditkan suatu agama sebagai sarang radikalisme. Padahal Menag ditugaskan konstitusi sebagai pengawal rohani bangsa (gbr 14).

Sentimen buruk dari netizen ini tak bisa dianggap enteng. Citra negatif atas Menteri Agama Fachrul Razi tentu tak dialami sendiri olehnya. Sebagai bagian dari sebuah kabinet, apa yang dilakukan oleh seorang menteri pada akhirnya akan menjadi pertanggungjawaban presiden. Tak sedikit suara masyarakat yang meminta Joko Widodo mengawasi dengan seksama kinerja menterinya tersebut.

More like this

Kegetolan Tim Anies-Imin dalam Topik Gugatan PHPU

Komisi Pemilihan Umum akhirnya resmi mengumumkan hasil rekapitulasi Pilpres 2024 pada Rabu malam (20/3)....

Pemantauan Isu Pilgub DKI Jakarta, Sejumlah Nama Tokoh Panaskan Bursa Calon

Pasca Pilpres dan Pileg 2024, perhatian publik mulai beralih ke wacana pilkada. Yang cukup...

Erina Gudono Masuk Bursa Pilkada Sleman, Publik Cenderung Beri Sentimen Negatif

Nama Erina Sofia Gudono atau biasa dikenal dengan nama Erina Gudono, akhir-akhir ini sedang...
%d bloggers like this: