HomeAnalisisMembingkai Topik Pembantaian Sigi dari Perspektif Media

Membingkai Topik Pembantaian Sigi dari Perspektif Media

Published on

Proses penyidikan terhadap kasus pembantaian terhadap 4 anggota keluarga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah masih bergulir. Insiden yang terjadi pada Jumat, 27 November 2020 menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga dan masyarakat Indonesia. Media terus mengawal penyelidikan dan membagikan informasi terbaru terkait temuan dalam peristiwa ini. Sementara warganet menggemakan doa dalam tagar #PrayForSigi sejak 28 November lalu. Hingga saat ini pihak kepolisian masih memburu Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora yang diduga kuat sebagai dalang pembunuhan 4 anggota keluarga dan pembakaran 7 rumah di Lemba Tongoa.

Media Monitoring Netray mencoba menelusuri pemberitaan terkait kasus pembantaian di Sigi dan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur selama sepekan untuk melihat bagaimana media membingkai kasus ini? Topik apa yang paling banyak diangkat? Lalu bagaimana masyarakat menanggapi kasus ini? Berikut hasil pantauan Netray.

Pembahasan Media dalam Topik Pembantaian Sigi

Setidaknya ada 763 artikel dari 71 portal media berita daring yang mengangkat topik seputar pembantaian di Sigi dan kaitannya dengan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Hampir sebagian besar pembahasan topik ini berada di ranah Hukum.

pembantaian sigi

Namun, secara lebih rinci ditemukan sejumlah topik yang paling sering diangkat oleh portal media dalam pembahasan seputar pembantaian Sigi selama beberapa hari terakhir. Di antaranya adalah kronologi pembantaian Sigi, kecaman, dan tanggapan dari sejumlah tokoh serta pimpinan lembaga/organisasi, terorisme dan agama, Ali Kalora dan MIT, serta perkembangan penyelidikan yang dilakukan oleh Polri dan TNI.

Sentimen yang mendominasi dalam pembahasan topik di media adalah sentimen negatif dengan puncaknya berada pada 30 November 2020 ketika topik ini mendapat perhatian tinggi di media. Baik saat Presiden Joko Widodo angkat suara hingga keputusan Polri untuk menggandeng TNI dalam perburuan mencari pelaku.

Dalam pemberitaan ini, nama Ali Kalora paling banyak disebut-sebut bersama organisasi Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Hal ini karena pembahasan di media paling banyak menyoroti pelaku pembantaian yang dialamatkan kepada Ali Kalora. Ali diduga sebagai pemimpin Kelompok Mujahidin Indonesia Timur menggantikan Santoso yang tewas pada 2016 lalu dalam Operasi Tinombala. Oleh karena itu, pencarian polisi hingga saat ini terpusat pada kelompok tersebut.

Menurut penyidik Polri, pelaku diperkirakan berjumlah sekitar 10 orang dengan membawa senjata api laras panjang, pistol dan parang. Dua korban dibunuh dengan dipenggal kepala dengan parang. Dua korban lainnya ditembak di luar rumah. Selain membunuh empat orang, para pelaku juga membakar beberapa rumah warga. Sementara warga sekitar lokasi menyelamatkan diri ke dalam hutan. Hingga saat ini, sebanyak 150 keluarga di Sigi telah diungsikan dan menjalani penyembuhan trauma.

Tak hanya pihak Kepolisian RI, sejak 30 November lalu sejumlah anggota TNI telah diterjunkan ke Palu, Sulawesi Tengah untuk turut membantu mengefektifkan pengejaran pencarian dan penumpasan terhadap kelompok MIT.

Mujahidin Indonesia Timur dan Kaitannya dengan Pembantaian Sigi

Mujahidin Indonesia Timur merupakan kelompok teroris yang beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso dan bagian selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Kelompok ini juga disebut-sebut berafiliasi dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Operasi kelompok ini biasanya menimbulkan korban jiwa. Mereka juga dilaporkan terlibat dalam bentrokan kelompok Muslim dan Kristen di Maluku pada 1999 hingga 2002.

Operasi Tinombala telah tiga kali diperpanjang tahun ini dengan target menyelesaikan kelompok teroris MIT. Masa tugas satgas ini seharusnya berakhir pada 30 September lalu, tapi diperpanjang hingga 31 Desember karena masih ada 13 orang kelompok Ali Kalora yang menjadi DPO. Dari antara DPO itulah yang diklaim polisi sebagai pelaku dalam kejadian Jumat (27/11) yang menewaskan empat orang dalam satu keluarga di Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Analis Intelijen dan Terorisme, Stanislaus Riyanta mengatakan pola hit and run serta taktik gerilya yang digunakan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora mempermudah teroris ini bersembunyi. Ia menilai pembunuhan terhadap empat orang warga di Desa Lembontonga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah sebagai aksi balasan atas tertembaknya dua anggota MIT oleh Satgas Tinombala di Kecamatan Bolano Kabupaten Parigi Moutong pada 17 November 2020 lalu.

#PrayForSigi Menggema di Twitter

Di Twitter, peristiwa pembantaian 4 anggota keluarga yang diduga dilakukan oleh kelompok MIT pimpinan Ali Kalora menuai kecaman. Warganet mengecam insiden yang terjadi di Sigi dan menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi Indonesia yang masih belum dapat lepas dari aksi terorisme. Dukacita yang mendalam dan doa-doa untuk masyarakat Sigi didengungkan dalam tagar #PrayForSigi yang sempat trending pada 29 November lalu.

Insiden ini menarik perhatian 12 ribu lebih warganet untuk turut bersuara. Topik ini ramai diperbincangkan pada 30 November 2020 dengan dominasi sentimen negatif sejak awal muncul hingga saat ini.

Seperti disinggung di awal, sentimen negatif yang berjumlah 12 ribu twit ini berisi kecaman warganet terhadap pembantaian di Sigi dan kritik atas lambatnya pemerintah dalam menangani kasus ini. Presiden Joko Widodo yang tidak kunjung bersuara sempat menimbulkan keresahan warganet sehingga namanya paling banyak disebut dalam perbincangan topik ini di Twitter.

Warganet juga beberapa kali membandingkan kesigapan pemerintah saat mengecam Prancis dengan sikap pemerintah dalam menanggapi kasus ini.

Barulah pada 30 November, melalui video conference yang dibagikan di Twitter @jokowi menyampaikan tanggapannya. Selain menyampaikan duka cita dan mengecam aksi terorisme yang terjadi di Sigi, Jokowi juga memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan pelaku teror dan mengajak seluruh masyarakat tetap tenang.

Frekuensi perbincangan topik ini pun terlihat mereda setelah Presiden Joko Widodo bersuara. Grafik perbincangan topik menurun signifikan pada 1 Desember dengan total 5 ribu twit, setelah sebelumnya melonjak mencapai 15 ribu twit pada 30 November 2020.

Demikian pantauan Netray, semoga Polri bersama TNI dapat menuntaskan penyelidikan ini dan Indonesia terbebas dari rasa takut akan aksi terorisme yang kerap membayang-bayangi selama ini.

More like this

Insight Analisis Sentimen Debat 1-5: Siapa yang Paling Populer?

Netray mengumpulkan hasil analisis sentimen debat capres cawapres untuk melihat bagaimana respons warganet Twitter...

Analisis Sentimen Debat Capres Terakhir; Anies Kembali Unggul

Debat capres terakhir telah dilaksanakan pada Minggu 4 Februari 2024. Ketiga calon presiden memamerkan...

Ucapan “Presiden Boleh Kampanye” Jokowi Tuai Kecaman Publik

Pernyataan Presiden Joko Widodo baru-baru ini menuai kontroversi. Pasalnya Jokowi mengatakan bahwa presiden boleh...
%d bloggers like this: