HomePendidikanKontroversi Gelar Profesor Megawati, Ketika Politik Mencari Legitimasi Dunia Akademik

Kontroversi Gelar Profesor Megawati, Ketika Politik Mencari Legitimasi Dunia Akademik

Published on

Mantan presiden RI Megawati Soekarnoputri baru saja mendapatkan gelar profesor kehormatan sekaligus status guru besar tidak tetap dari Universitas Pertahanan (Unhan) pada hari Jumat 11 Juni 2021. Pemberian gelar itu diadakan dalam Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Gelar Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertanahan Bidang Kepemimpinan Strategik, Fakultas Strategi Pertahanan, Unhan Pertahanan RI.

Rektor Unhan, Laksamana Madya TNI Prof Amarulla Octavian mengatakan Megawati Soekarnoputri adalah seorang putri terbaik bangsa Indonesia. Salah satu buktinya adalah saat dirinya menjabat presiden pada tahun 2001 hingga 2004. Megawati menerbitkan berbagai kebijakan yang sangat mendukung tugas-tugas Kementerian Pertahanan RI dan TNI. 

Selain karena jasa-jasanya, seseorang harus aktif di dalam dunia akademik sebelum ditetapkan sebagai profesor. Keaktifan tersebut dapat dilihat dari karya tulis yang biasa disebut dengan jurnal ilmiah. Karya ilmiah yang dibuat Megawati menyeret perhatian publik lebih jauh lagi ke dalam wacana pemberitaan. Yang akhirnya menarik Netray Media Monitoring untuk membuat pemantauan. Hasilnya bisa dilihat di bawah ini.

Laporan Statistik Pemantauan Topik Gelar Profesor dan Megawati

Topik pemberitaan pemberian gelar kepada Megawati oleh Universitas Pertahanan dipantau selama sepekan antara tanggal 4 Juni hingga 11 Juni 2021. Pemantauan pemberitaan media massa nasional dilakukan dengan menggunakan kata kunci megawati, profesor, dan unhan sebagai filter. Dari sini Netray menemukan sejumlah data statistik untuk kemudian dianalisis lebih dalam lagi.

Salah satu data statistik utama yang diperoleh adalah jumlah artikel yang terbit selama periode pemantauan dan mengandung kata kunci. Netray mendapatkan 891 artikel yang diterbitkan oleh 92 media massa nasional. Yang perlu diingat bahwa jumlah ini tidak ditujukan secara spesifik untuk isu pengangkatan profesor. Total artikel ini menunjukkan seberapa banyak nama Megawati muncul dalam berita nasional selama sepekan.

Jika pemantauan dispesifikasikan pada isu pemberian gelar profesor, maka hasilnya adalah 204 artikel yang diterbitkan oleh 59 kantor berita daring dalam negeri. Artinya, tidak hanya wacana pemberian gelar profesor dari Universitas Pertahanan yang mencatut nama mantan presiden RI tersebut. Ada sejumlah sudut pandang pemberitaan lain yang sedikit banyak akan mempengaruhi persepsi publik terhadap sosok Megawati Soekarnoputri.

Isu pengangkatan profesor sendiri tidak muncul di awal periode pemantauan. Meskipun nama Megawati sudah banyak masuk ke dalam artikel mengingat posisinya sebagai tokoh politik penting nasional. Isu tersebut baru muncul pada tanggal 8 Juni 2021. Kategori “Education” menggeser kategori “Politic” yang menjadi sudut pandang utama kala membicarakan sosok putri kandung bapak proklamator ini.

Rencana Pemberian Gelar Profesor kepada Megawati

Sejak awal isu ini berkembang, tidak ada tanda-tanda bahwa wacana pemberian gelar akan berubah. Rencana untuk mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai profesor terus berlanjut meskipun menghadirkan kontroversi. Universitas Pertahanan sudah mempersiapkan acara pengukuhan tersebut pada Jumat 11 Juni 2021. Hampir sebagian besar media massa memberitakan rencana ini. Sebelum akhirnya merilis artikel yang bersifat kontra terhadapnya.

Kontroversi Tulisan Ilmiah, Megawati Menulis Tentang Dirinya Sendiri

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa gelar akademik membutuhkan prasyarat akademik pula untuk mendapatkannya. Tak ada privilege khusus bahkan kepada mantan presiden. Megawati tetap harus membuat karya ilmiah sebagai syarat mendapatkan gelar profesor. Karya ilmiah ini yang akhirnya mendatangkan kontroversi di ranah publik.

Alih-alih membuat karya yang terlihat meyakinkan, Megawati justru menulis kajian tentang kepemimpinannya di masa masih menjabat sebagai presiden. Karya ilmiah tersebut merupakan kajian atas bagaimana sepak terjang dirinya sendiri kala menghadapi krisis multidimensional yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia di tahun 2001 hingga 2004. Perdebatan apakah karya ini subyektif atau obyektif sama seperti bertanya apakah ayam berasal dari telur.

Argumen Kelayakan Pemberian Gelar Profesor

Meskipun begitu sejumlah pihak tetap memberikan pembelaan, bahwa Megawati Soekarnoputri memang layak mendapat gelar profesor. Yang paling utama tentu saja datang dari kampus Universitas Pertahanan. Mereka berargumen bahwa Megawati memiliki kualitas tersendiri saat menjabat sebagai presiden. Padahal pada saat itu sejumlah wilayah di Indonesia sedang dilanda konflik antara lain di Poso, Ambon, hingga Bom Bali. Isu semacam ini memang menjadi kajian utama dari kampus Unhan.

Tak hanya datang dari kampus pemberi gelar, Megawati sebenarnya sudah lama mendapatkan apresiasi dalam bidang akademik dari berbagai institusi. Menurut Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian, sejumlah mahaguru dari berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) dan universitas mancanegara juga memberikan rekomendasi akademis tentang gelar profesor kehormatan untuk Megawati.

Gelombang Kritik atas Kelayakan Megawati Mendapat Gelar Profesor

Tak hanya mempermasalahkan kualitas karya ilmiah yang dibuat oleh Megawati, publik pada dasarnya mempertanyakan legitimasi pengukuhan itu sendiri. Seperti yang disampaikan Peneliti Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis (LESPERSSI) Beni Sukadis. Pihaknya menilai rekam jejak Megawati terhitung belum cukup untuk ranah hanneg (pertahanan negara). Akan tetapi, hal itu bisa dimaklumi karena tujuannya adalah politik.

Alasan politik memang menjadi arus utama gelombang kritik dari topik pemantauan. Pengamat politik Jamiluddin Ritonga menilai pemberian gelar profesor ini jelas berbau politis. Pasalnya untuk memperoleh gelar tersebut butuh proses panjang dan berliku. Hal ini bahkan bisa berbahaya bagi dunia akademik karena secara tidak langsung merusak dan mencemari nilai-nilai di dalamnya. Banyak akademisi yang rela berdarah-darah untuk mendapatkan gelar tersebut sedangkan kepentingan politik dengan mudah mementahkannya.

Ucapan Selamat dari Sejumlah Politisi, Apakah Cukup Menjadi Bukti?

Politik seperti bergeming menghadapi gelombang kritik di atas. Pada hari Jumat minggu lalu, Megawati resmi mendapat gelar dan ucapan selamat datang membanjiri. Kemendikbud Ristek melalui Menteri Nadiem Makarim, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, hingga Bupati Bogor Ade Yasin telah menyampaikan selamat.

Bahkan ucapan selamat juga datang dari Presiden Joko Widodo. Baginya keputusan Unhan untuk memberi gelar profesor kepada Megawati Soekarnoputri adalah sebuah keputusan yang tepat. Sedangkan Ridwan Kamil memuji pidato Megawati yang ia nilai penuh dengan nasihat. Guru Besar Universitas Negeri Jakarta menyanjung karya ilmiah yang dianggap menjadi inspirasi internasional.

Ditengah mutu pendidikan yang sedang terjun bebas akibat berbagai macam problematika, isu ini tentu semakin menjenuhkan. Sebagai promotor penting bagi berkembangnya ilmu pengetahuan, keberadaan dunia akademik baiknya sangat dihargai dan sebisa mungkin dibebaskan dari anasir politik. Kecuali untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Selamat kepada Megawati Soekarnoputri untuk penghargaan profesornya dan selamat kepada dunia pendidikan Indonesia yang mendapat tantangan baru.

More like this

Ekskul Pramuka Tak Lagi Jadi Wajib, Pro dan Kontra Aturan Menteri Nadiem

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menetapkan aturan baru yakni ekstrakurikuler Pramuka tak lagi wajib bagi...

Dugaan TPPO Mahasiswa Indonesia di Jerman, Kampus dan Guru Besar Terlibat Modus Magang Ferienjob

Bekerja paruh waktu kerap menjadi pilihan mahasiswa perguruan tinggi untuk menambah pengalaman atau uang...

Kegetolan Tim Anies-Imin dalam Topik Gugatan PHPU

Komisi Pemilihan Umum akhirnya resmi mengumumkan hasil rekapitulasi Pilpres 2024 pada Rabu malam (20/3)....
%d bloggers like this: